The Art of War

Ketahuilah diri mu, ketahuilah musuh mu, berperanglah 1000 kali, dan kau akan menang.
Aku ingin mengetahui semua kelemahan mu bukan berarti aku ingin mentertawakan atau merendahkan mu, tetapi aku ingin lebih jujur dalam mencintai mu.

Jumat, 04 Juni 2010

Aliran-aliran dalam Psikologi

*ALIRAN STRUKTURALISME
Tokoh yang membentuk aliran strukturalisme adalah Wilhelm Wundt (1832-1920). Wundt adalah orang yang pertama mendirikan laboratorium psikologi eksperimen yang pertama di dunia pada tahun 1879. Itu merupakan satu kehormatan yang luar biasa bagi psikologi, sehingga psikologi dapat di anggap sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Wundt sangat yakin bahwa tugas utama seorang psikolog adalah meneliti serta mempelajari proses dasar kesadaran manusia, (yaitu yang berupa pengalaman langsung), kombinasi-kombinasinya dan hubungan-hubungannya seperti layaknya seorang ahli kimia meneliti elemen dasar suatu zat. Maksud Wundt yang sebenarnya mengenai kesadaran manusia ini adalah seperti yang dijelaskan oleh muridnya yaitu Titchener bahwa dunia psikologi sebenarnya penuh berisi wajah, suara dan perasaan; sebuah alam gelap dan terang, suara dan keheningan, kasar dan halus. Ruangannya kadang-kadang luas kadang-kadang sempit, persis seperti orang yang sudah dewasa mencoba melihat kebelakang kepada masa kanak-kanaknya, maka suatu saat dia merasa sangat singkat namun di saat lain merasa sangat lama…Dunia ini juga berisi pikiran emosi, ingatan, imajinasi, pilihan-pilihan, yang kesemuanya ini dapat disebutkan sebagai pikiran (mind).
Wundt dan para pengikutnya telah mengembangkan satu metode yang dinamakan intropeksi analitik (analityc introspection) yaitu suatu bentuk formal dari observasi yang dilakukan diri sendiri. Mengenai introspeksi ini Wundt mengajukan beberapa hukum atau ketentuan, yaitu :
1. Observer harus mampu menentukan kapan proses itu terjadi
2. Observer harus memusatkan perhatiannya
3. Observer harus mampu mengulangi observasi berulang kali
4. Eksperimenter harus mampu mengontrol manipulasi dari stimulus.
Tahun 1892 murid Wundt, Titchener pindah ke Amerika. Disana dia terus menyebar-luaskan pandangan Wundt, dan kemudian menjadi pimpinan satu gerakan yang disebut strukturalisme (structuralism). Strukturalisme ini menyakini hal-hal berikut :
1. Psikolog seharusnya mempelajari kesadaran manusia, terutama aspek pengindraannya
2. Psikolog seharusnya menggunakan metode introspeksi analitik yang nyata di dalam laboratorium
3. Psikolog seharusnya menganalisis proses mental ke dalam elemen sedemikian rupa sehingga dapat menemukan kombinasi-kombinasinya serta hubungan satu sama lain.
Aliran strukturalis ini juga mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, psikolog strukturalis ini terlalu menekankan pada satu metode saja, yaitu introspeksi formal. Prosedur ini dianggap dangkal dan kurang dapat dipercaya. Lebih lanjut lagi, dengan metode ini cenderung mengabaikan pengalaman anak-anak dan makhluk lain/hewan, karena mereka ini tidak dapat dilatih. Kedua, psikolog strukturalis ini bahwa gejala komplek seperti berpikir, bahasa, moralitas, dan ketidaknormalan, tidak tepat bila digunakan dalam penelitia introspeksi, sebagai akibatnya lalu mengesampingkan ilmu (mereka percaya bahwa gejala yang kompleks seperti itu dapat ditangani dengan analisis logis ataupun observasi). Ketiga, para strukturalis ini enggan berhubungan dengan masalah yang bersifat praktis.



*ALIRAN FUNGSIONALISME
Aliran fungsionalis tercipta karena ketidakpuasan terhadap pendapat-pendapat yang dikemukankan oleh aliran strukturalis. Tokohnya bernama William James (1842-1910). Dia adalah salah satu psikolog yang sangat terkenal di Amerika.
Psikologi James dipandang sebagai psikologi fungsional, yaitu psikologi yang memandang psikis (mind) sebagai fungsi atau digunakan oleh organisme untuk menyesuaikan atau adaptasi dengan lingkungannya. Karena itu psikologi fungsional mempunyai pandangan yang berbeda dengan psikologi struktur dari Wundt dengan teman-temannya. Fungsionalis mempelajari psikis tidak bertitik tolak pada komposisi atau struktur dari psikis atau struktur mental yang terdiri dari elemen-elemen, tetapi dari fungsi atau proses mental yang mengarah pada akibat-akibat yang praktis.
Menurut James psikologi merupakan ilmu tentang mental life, mencakup baik fenomenanya maupun kondisinya. Fenomena memberikan pengertian bahwa pokok bahasan terdapat dalam pengalaman yang tidak langsung (immediate experience), dan kondisi menunjukankan pentingnya badan (body), khususnya otak dalam kehidupan psikis. Metode yang digunakan adalah introspeksi.
Para pengikut fungsionalis lain juga menyakini hal-hal berikut :
1. Psikologi harusnya meneliti secara mendalam bagaimana proses-proses mental ini berfungsi, dan juga mengenai topik lainnya seperti misalnya prilaku anak-anak atau hewan sederhana, abnormalitas, dan perbedaan antara satu orang dengan orang lainnya
2. Mereka seharusnya menggunakan introspeksi informal (yaitu yang dapat terbebas dari prasangka) seperti misalnya eksperimen
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan seharusnya dapat diterapkan didalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya dalam pendidikan, hukum ataupun perusahaan.



*ALIRAN BEHAVIORISME
John Watson adalah salah satu dari sekian banyak psikolog yang tidak puas dengan praktik-praktik psikologi di Amerika Serikat saat itu. Yang menjadi keluhan utama J. Watson terhadap aliran strukturalis dan fungsionalis adalah sebagai berikut : fakta mengenai kesadaran tidak mungkin dapat dites dan direproduksi kembali oleh para pengamat, meskipun dia sudah terlatih betul. Hal itu karena para pengamat ini sudah mempunyai impresi idiosinkratis sendiri. Menurut Watson, introspeksi justru akan menghambat kemajuan psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung,secara nyata.
Para psikologi behaviorisme juga menguraikan keyakinannya sebagai berikut :
1. Psikolog seharusnya mempelajari kejadian-kejadian yang terjadi disekelilingnya (yang dapat dipandang sebagai rangsangan / stimuli) dan perilaku yang dapat diamati (yang dipandang sebagai tanggapan / respon-nya).
2. Terhadap perilaku, kemampuan,dan sifat, faktor pengalaman mempunyai pengaruh yang lebih penting dibandingkan dengan faktor keturunan. Dengan berlandaskan alasan ini, dikemukakan pula bahwa belajar merupakan topik utama untuk dipelajari.
3. Introspeksi sebaiknya ditinggalkan saja dan digantikan dengan metode objektif (misalnya eksperimen, observasi dan tes yang berulang-ulang).
4. Psikolog seharusnya bertujuan untuk dapat membuat deskripsi, penjelasan, peramalan ke masa depan, dan pengendalian perilaku sehari-hari seperti misalnya memberikan nasihat pada orang tua, para penegak hukum, pendidik, dan para pengusaha.
5. Sebaiknya perilaku makhluk sederhana juga diteliti (tentu saja sejalan dengan penelitian mengenai perilaku manusia), karena makhluk-makhluk sederhana ini lebih mudah untuk diteliti dan dipahami, bila bdibandingkan dengan makhluk yang kompleks (manusia).



*ALIRAN GESTALT
Arti kata gestalt dalam bahasa Jerman ialah bentuk, pola atau struktur. Sesuai namanya maka para psikolog gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas kesatuan dan struktur.
Max Wertheimer (1880-1943) dapat dipandang sebagai pendiri dari psikologi gestalt, tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya,yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967), yang keduanya dapat dipandang sebagai the cofounder. Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau searah.
Max Wertheimer pada tahun 1912 menerbitkan laporan penelitiannya mengenai gerak apparent (apparent movement), yaitu sesuatu yang terlihat seperti bergerak, sedangkan kenyataannya tidaklah demikian. Penelitian mengenai gerak apparent ini juga berhasil memberikan tambahan ciri-ciri psikologi gestalt :
1. Gerak apparent ini muincul ketika orang sedang giat membicarakan data pengindraan. Makna yang kita lekatkan pada benda dan kejadian yang terjadi disekeliling kita (yang berupa pengalaman subyektif), merupakan tema yang mendapatkan penekanan pada aliran psikologi gestalt ini. Sejak permulaan, mereka telah menaruh minat besar pada persepsi, pemecahan persoalan dan daya pikir.
2. Untuk menyelidiki mengenai gerak apparent ini, Wertheimer telah meminta kepada subyek penelitianya agar melaporkan apa yang terlihat olehnya (satu jenis introspeksi informal). Para psikolog gestalt ini menekankan keyakinannya bahwa para ilmuwan prilaku itu harusnya mempelajari kesadaran manusia, pengalaman-pengalaman pribadi, dan mereka terus menganjurkan agar peneliti-peneliti menggunakan metode yang subyektif mungkin.
Menurut gestalt baik strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan kesalahan, yaitu karena mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, kedunya mencoba membagi pokok bahasan menjadi elemen-elemen. Strukturalisme mereduksi perilaku dan berpikir sebagai elemen dasar, sedangkan behaviorisme mereduksi perilaku menjadi kebiasaan (habits), respon berkondisi atau secara umum dapat dikemukakan hubungan stimulus-respons. Aliran gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini.
Gestalt juga bahwa fenomena perceptual dipelajari secara langsung dan secara bulat, tidak dibagi-bagi atau dianalisis lebih lanjut. Karena gestalt mempelajari fenomena perceptual secara langsung, maka gestalt kadang-kadang juga disebut sebagai phenomenologist. Phenomenologist mempelajari sesuatu secara meaningsful, kejadian psikis tidak dapat dianalisis menjadi elemen-elemen.
Pandangan pokok psikologi gestalt adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu gestalt. Psikologi gestalt semula memang timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebut sebagai phi phenomena.



*ALIRAN PSIKOANALISIS
Sebagai pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1939). Freud mengambil metode Breuer mengenai hipnosis untuk menangani pasiennya, tetapi akhirnya tidak memuaskan dengan hypnosis tersebut, dan menggunakan asosiasi bebas (free association), merupakan perkembangan teknik dalam psikoanalisis (Schultz dan Schultz, 1992). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber prilaku yang tidak normal dari pasiennya.
Dasar teori Freud tentang bawah sadar adalah konsep bahwa keinginan yang tidak dapat diterima (dilarang, dihukum) pada masa anak-anak dibuang dari kesadaran dan menjadi bagian bawah sadar, dimana mereka tetap berpengaruh. Bawah sadar memberikan tekanan untuk mencari ekspresi, yang dilakukan dalam banyak cara, termasuk mimpi, kepeleset lidah, dan manerisme tak-sadar.
Beberapa pandangan yang dipercaya atau diyakini oleh para pengikut psikoanalisis yaitu :
1. Psikolog sebaiknya mempelajari dengan tekun mengenai hukum dan faktor-faktor penentu didalam kepribadian (baik yang normal ataupun tidak normal), dan menentukan metode penyembuhan bagi gangguan kepribadian.
2. Motivasi yang tidak disadari, ingatan-ingatan, ketakutan-ketakutan, pertentangan-pertentangan batin, serta kekecewaan adalah aspek-aspek yang sangat penting didalam kepribadian. Dengan membawa gejala-gejala tersebut kealam sadarnya sudah merupakan suatu bentuk terapi bagi penderita kelainan/gangguan kepribadian.
3. Kepribadian seseorang terbentuk selama masa kanak-kanak dini. Dengan meneliti ingatan-ingatan yang dimiliki seseorang ketika ia berusia 5 tahun, akan sangat besar perannya bagi penyembuhan.
4. Kepribadian akan lebih tepat bila dipelajari didalam konteks hubungan pribadi yang sudah berlangsung lama antara terapis dan pasien. Selama terjadinya hubungan yang seperti itu, maka pasien dapat menceritakan segala pikiran, perasaan, harapan, khayalan, ketakutan, kecemasan, mimpi kepada terapis (introspeksi informal), dan tugas terapis ialah mengobservasi serta menginterprestasikan perilaku pasien.
Teori psikoanalisis ternyata merupakan suatu revolusi yang cukup besar dalam konsep dan penyembuhan terhadap pasien gangguan jiwa, dan bagi para psikolog lainnya juga mempunyai pengaruh besar karena mereka kemudian menaruh minat terhadap alam bawah sadar, motivasi, kepribadian, perilaku abnormal, dan perkembangan anak.



*ALIRAN ASOSIASISME
Para ahli yang mengikuti aliran asosiasisme berpendapat, bahwa hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran ini yang primer adalah bagian-bagian, bagian-bagian ada lebih dulu, sedangkan keseluruhan ada lebih kemudian. Bagian-bagian itu terikat satu sama lain menjadi suatu keseluruhan oleh asosiasi. Contohnya, bagaimana terbentuknya pengertian lonceng pada anak-anak , mungkin akan diterangkan demikian : mungkin anak-anak itu mendengar suara lonceng lalu memperoleh kesan pendengaran bagaimana tentang lonceng, selanjutnya mungkin anak-anak itu melihat lonceng tersebut lalu mendapat kesan penglihatan (mengenai warna dan bentuk), selanjutnya mungkin anak itu mempunyai kesan rabaan jika sekiranya dia mempunyai kesempatan untuk meraba lonceng tersebut. Jadi gambaran mengenai lonceng tersebut makin lama makin lengkap,kesan-kesan secara asosiatif berhubungan satu sama lain.
Salah satu tokoh aliran asosiasisme ini yang terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan ada dua macam pengalaman, yaitu :
a. pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra, yang menimbulkan sensations
b. pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri, yang menimbulkan reflexions
Kedua macam kesan itu, yaitu sensations dan reflexions merupakan pegertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dengan asosiasi membentuk pengertian yang kompleks (complex ideas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar