1. Motif Fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Motif ini sering disebut juga sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primary motives), karena motif atau dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan.
Pada umunya motif ini timbul karena tidak adanya balans atau keseimbangan dalam tubuh. Mekanisme fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan ini dilengkapi dengan regulator atau motivated behavior. Misal udara dingin, keadaan ini mendorong manusia untuk mencari kehangatan, mencari selimut, atau benda-benda lain sebagai penghangat. Apabila orang merasa haus maka dia akan mencari minum untuk menyeimbangkannya.
Walaupun motif fisiologis merupakan motif alami, motif dasar, tetapi dalam manisfestasinya akan dipengaruhi pula oleh proses belajar. Misal apabila lapar, adanya dorongan atau motif untuk makan. Tetapi bagaimana cara makan dan apa yang akan dimakan sangat dipengaruhi oleh proses belajar, demikian yang lain-lainnya. Maka proses belajar merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan motif, juga dalam tujuan serta dalam kebutuhan-kebutuhan.
a. Tujuan yang dipelajari (learned goals)
Hewan dan manusia kadang belajar mencapai tujuan yang tidak langsung berkaitan dengan pemuasan kebuuhan biologis. Tujuan semacam ini sering disebut sebagai tujuan yang dipelajari (learned goals) atau tujuan sekunder (secondary goals).
Hewan yang lapar membutuhkan makanan. Makanan merupakan tujuan yang primer. Namun secara eksperimen makanan tersebut disajikan dengan bunyi bel. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Sehingga pada saat bunyi bel tanpa adanya makanan air liur binatang akan terangsang keluar. Bunyi bel merupakan tujuan sekunder atau penguat sekunder (secondary reinforcement), sedangkan makanan adalah tujuan utamanya atau penguat primer (primary reinforcement). Manusia bekerja untuk mendapatkan uang, karena dengan uang manusia dapat membeli makanan. Makanan adalah tujuan primer, sedangkan uang adalah tujuan yang dipelajari atau secondary goal. Setelah dia bekerja keras dan mendapatkan uang ternyata motif yang lain juga ikut berperan. Dengan bekerja keras dia mendapatkan prestasi yang menyenangkan, ini berkaitan dengan kebutuhan prestasi (n-achievement). Dengan bekerja keras juga dia mendapatkan banyak teman, ini berkaitan dengan kebutuhan akan afiliasi. Hal ini menggambarkan bahwa dengan satu kegiatan akhirnya dapat memuaskan atau memenuhi motif-motif yang lain.
b. Motif dan kebutuhan yang dipelajari
Stimulus atau situasi dapat menimbulkan drive state melalui proses belajar. Orang akan lapar bukan karena dia memang lapar akan tetapi karena waktu atau karena ada makanan enak yang menimbulkan rasa lapar. Dengan kata lain keadaan lapar dapat dikondisioning, yaitu dengan proses belajar soal waktu atau melihat makanan yang enak.
2. Motif Sosial
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Motif ini dipelajari dalam kelompok sosial (social group), walaupun menurut Kunkel dalam diri manusia ada dorongan alami berhubungan dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain itu berbeda-beda, maka dengan itu memahami motif sosial adalah hal yang paling penting agar kita mendapatkan gambaran tentang perilaku individu dan kelompok. McClelland membedakan motif sosial dalam (1) motif berprestasi (achievement motivation) atau juga disebut need for achievement (n-achievement); (2) motif berafiliasi atau juga disebut kebutuhan afiliasi; (3) motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa.
a. Kebutuhan akan prestasi
Orang yang mempunyai kebutuhan prestasi akan meningkatkan performance, sehingga akan terlihat kemampuan prestasinya. Untuk mengungkap kebutuhan prestasi dapat dilakukan dengan teknik proyeksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai motif prestasi tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik dari pada orang yang motif prestasinya rendah. Maka dapat dikemukakan bahwa untuk memprediksi bagaimana performance seseorang dilihat bagaimana n-achievement-nya. Penelitihan juga menunjukkan bahwa motif prestasi berkorelasi sebesar 0,40 dengan inteligensi (Morgan, dkk., 1984).
b. Kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain
Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan hubungan dengan orang lain. Orang yang kuat kebutuhan afiliasinya akan selalu mencari teman, dan juga mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya apabila kebutuhan afiliasinya rendah maka orang akan segan berhubungan dengan orang lain dan hubungan yang terjadi tidak akan dibina dengan baik agar dapat bertahan.
c. Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan power atau kekuasaan timbul dan berkembang didalam interaksi sosial. Orang yang mempunyai kebutuhan kekuasaan yang tinggi akan mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain. Menurut McClelland ada beberapa macam cara mengekspresikan power need ini, yaitu:
1. Seseorang mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan perasaan dari power dari luar dirinya. Misal untuk menyatakan kebutuhan ini ia membaca tentang sport, yang menggambarkan tentang kekuasaan atau keperkasaan.
2. Seseorang mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan power ini dari sumber yang ada dalam dirinya sendiri. Misal dengan mengoleksi senjata, mengoleksi mobil, dan sebagainya.
3. Seseorang berbuat sesuatu untuk mendapatkan pengaruh terhadap orang lain. Seseorang membantah terhadap orang lain atau melawan dengan sedemikian rupa dengan orang lain, untuk dapat mempengaruhi orang lain tersebut.
4. Seseorang berbuat sesuatu misal masuk dalam organisasi atau perkumpulan, dengan maksud agar ia dapat mempengaruhi orang lain.
3. Teori Kebutuhan dari Murray
Murray mengemukakan suatu daftar dari dua puluh kebutuhan yang pada umumnya mendorong manusia untuk bertindak atau berperilaku. Kebutuhan tersebut sangat bervariasi, diantaranya mengandung kebutuhan yang berlawanan satu dengan yang lain, ,misalnya kebutuhan akan nurturance, yaitu kebutuhan untuk memberikan care, untuk memberikan asuhan, dan kebutuhan succorance (n-succorance), yaitu kebutuhan untuk menerima asuhan. Kebutuhan-kebutuhan atau motif-motif yang dikemukakan Murray adalah sebagai berikut:
a. Merendah atau merendahkan diri (abasement).
b. Berprestasi (achievement).
c. Afiliasi, yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
d. Agresi (sikap melukai orang lain).
e. Otonomi (kebebasan berpendapat/ tidak tergantung dengan orang lain).
f. Counteraction, yaitu motif yang berusaha mengatsi kegagalan-kegagalan.
g. Pertahanan (mempertahankan diri).
h. Hormat.
i. Dominasi, yaitu sikap ingin menguasai orang lain.
j. Ekshibisi atau pamer, yaitu motif yang berkaitan dengan menonjolkan diri.
k. Penolakan kerusakan, yaitu motif yang menolak hal-hal yang merugikan.
l. Infavoidance, yaitu yang berkaitan dengan menghindari hal-hal yang memalukan.
m. Memberi bantuan.
n. Teratur, yaitu menunjukkan keteraturan dalam segala hal.
o. Bermain, yaitu menghindari hal-hal yang menegangkan.
p. Menolak, yaitu menolak pihak lain atau orang lain.
q. Sentience, yaitu mencari kesenangan terhadap impresi yang melalui alat indera.
r. Seks, yaitu yang berhubungan dengan seksual.
s. Bantuan atau pertolongan, yaitu untuk memperoleh simpati atau bantuan orang lain.
t. Mengerti, yaitu untuk menganalisis pengalaman.
Atas dasar teori Murray timbul suatu macam test kepribadian yang dikembangkan oleh Edwards yang kemudian dikenal dengan tes Edwards Personal Preference Schedule atau tes EPPS.
4. Motif Eksplorasi, kompetensi, dan Self-aktualiasai
a. Motif eksplorasi dari Woodworth dan Marquis
Motif eksplorasi ini adalah motif ingin tahu (curiousity motive). Pada dasarnya manusia terdorong ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya, disampin itu juga adanya motif untuk mendapatkan perubahan dari stimulasi sensoris.
Menurut Woodworth dan Marquis (1957) terdapat adanya bermacam-macam motif, yaitu (1) motif yang berkaitan dengan kebutuhan organis; (2) motif darurat (emergence motive); dan (3) motif objektif dan minat (interest).
Motif organis adalah motif yang berkaitan dengan kebutuhan yang bersifat organis, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organisme. Misalnya kebutuhan untuk makan, minum, seksual, kebutuhan untuk aktif dan istirahat. Motif darurat merupakan motif yang bergantung pada keadaan disekitar atau diluar organisme. Misalnya ketika orang menghadapi bahaya, maka orang tersebut didorong untuk melepaskan diri dari bahaya tersebut. Motif darurat ini terdiri dari beberapa motif, yaitu (a) escape motive, yaitu motif yang ada pada organisme untuk melepaskan diri dari bahaya; (b) motif melawan (combat motive), yaitu motif yang timbul karena organisme mendapatkan serangan maka organisme akan melawan; (c) motif untuk menghadapi hambatan, yaitu apabila individu mendapatkan hambatan maka akan ada motif untuk mengatasi hambatan tersebut; (d) motif mengejar atau mencari (the pursuit motive), yaitu apabila seorang anak diberi permainan baru, yang kemudian permainan tersebut disingkirkan maka pada anak akan timbul motif untuk mencari atau mengejarnya. Motif objektif dan minat merupakan motif yang bergantung juga pada lingkungan oganisme. Termasuk dalam motif ini ialah (a) motif eksplorasi, seperti yang dijelaskan diatas; (b) motif manipulasi, yaitu motif organisme untuk mengadakan manipulasi atau menguasai keadaan disekitarnya; (c) minat, yaitu motif yang timbul karena organisme tertarik pada objek sebagai hasil eksplorasi.
b. Motif kompetensi (competance motive)
Motif kompetensi ini ialah berkaitan dengan motif intrinsik, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan sendiri dalam kaitan dengan lingkungannya. Disebut intrinsikkarena tujuanna ialah perasaan internal mengenai kompetensi dan self-determinasi.
c. Motif aktualisasi diri (self-actualization) dari Maslow
Motif aktualisasi diri merupakan moti yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Hal ini bervariasi dari orang satu dengan yang lain. Seseorang ingin mengaktualisasi dibidang politik, yang lain dalam bidang ilmu, sedangkan yang lain lagi dalam bidang yang berbeda.
Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Jika diurutkan kebutuhan tersebut, maka kebutuhan yang paling tinggi adalah aktualisasi diri; kebutuhan akan penghargaan seperti kebutuhan akan prestige, sukses, dan harga diri; kebutuhan belonging dan kasih sayang, seperti misalnya kebutuhan akan afeksi, afiliasi, identifikasi; kebutuhan rasa aman, seperti tenteram, teratur, kepastian; kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang pertama dan utama, sedangkan kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar